Popular Posts

Widji Thukul untuk Tukang Becak di Solo


Seperti sudah kita ketahui sebelumnya, Widji Thukul merupakan seorang sastrawan yang banyak memerhatikan nasib rakyat kecil. Petani, pedagang asongan, para kritikus, hingga tukang becak tak luput dari perhatiannya. Dengan kepekaannya yang tinggi itu pula, Thukul merangkai berbagai kata indah, seperti puisi Peringatan dan Nyanyian Akar Rumput. Dua buah puisi yang sangat layak untuk dibaca oleh anda, para pengagum sastra.

Selain dua puisi di atas, masih ada puisi lainnya yang sangat menyentuh dan membangkitkan semangat para kaum proletar. Salah satunya adalah puisi ini: Jalan Slamet Riyadi Solo yang begitu kental rasa nostalgianya. Membaca puisi ini, kita akan dibuat merasakan perasaan warga pinggiran Jalan Slamet Riyadi Solo yang kini semakin terhegemoni globalisasi asing. Lewat puisi ini pula, kita akan merasakan perasaan para tukang becak yang ketakutan akan nasib mereka, ketika bertemu dengan polisi. Simak saja sendiri selengkapnya. Sebuah puisi perjuangan nan puitis dari maestro aktivis Indonesia: Widji Thukul.

dulu kanan dan kiri jalan ini
pohon-pohon asam besar melulu
saban lebaran dengan teman sekampung
jalan berombongan
ke taman sriwedari nonton gajah
banyak yang berubah kini
ada holland bakery
ada diskotik ada taksi
gajahnya juga sudah dipindah
loteng-loteng arsitektur cina
kepangkas jadi gedung tegak lurus
hanya kereta api itu
masih hitam legam
dan terus mengerang
memberi peringatan pak-pak becak
yang nekat potong jalan
“hei hati hati
cepat menepi ada polisi
banmu digembos lagi nanti!”
solo, mei-juni 1991
< >

Tidak ada komentar:

Posting Komentar